Creative Parenting : Ajarkan Anak Soal Uang

Obrolan seputar gaji dan keuangan memang masih tabu untuk dibicarakan dengan anak. Namun, jika ternyata hal tersebut dapat membantu anak agar ia cerdas finansial, mengapa tidak?

Pernah memberitahu berapa gaji Anda kepada anak? Memang, topik seputar gaji adalah hal yang sensitif untuk dibicarakan – meski dengan orang terdekat sekalipun. Namun, Ron Lieber, penulis buku “The Opposite of Spoiled” sekaligus kolumnis keuangan di New York Times menyarankan untuk membicarakan soal uang sebelum anak-anak beranjak dewasa, meskipun hal ini mendorong orang tua keluar dari zona nyaman mereka.

Membicarakan mengenai uang, menurutnya, akan menghilangkan banyak teka-teki yang ada dan mempermudah anak-anak membuat pilihan cerdas tentang keuangan untuk diri mereka sendiri.

Terinspirasi dari buku Lieber, Steve Schaffer – CEO website Offers.com – membuat sebuah sistem tunjangan keuangan yang unik untuk mengajari anak-anaknya. Schaffer dan istrinya memberikan sejumlah uang untuk masing-masing anak yang besarnya disesuaikan oleh usia setiap anak. Misalnya anak usia 10 tahun mendapat uang $10, 12 tahun mendapat $11 dan 14 tahun mendapat $12.

Lalu setiap anak harus menyerahkan seperempat dari uangnya untuk ‘pajak keluarga’, sedangkan 15% dari uang tersebut akan disimpan di tabungan. Sepuluh persen dari uang tersebut harus disedekahkan kepada orang lain, lalu sisanya bisa dipergunakan oleh anak. Dengan cara ini, anak-anak akan mengerti nilai dari uang yang mereka miliki sehingga mereka tak akan sembarangan dalam membelanjakannya. Jika Anda tertarik mengikuti cara Schaffer ini, beberapa strategi berikut mungkin bisa menjadi tambahan ide untuk mengajarkan anak mengenai keuangan:

1. Tunjukkan pada anak bagaimana membelanjakan uang sesuai kemampuan mereka.
Meskipun Anda memberi kebebasan penuh pada anak untuk membelanjakan milik mereka, namun harus tetap sesuai budget. Salah satu anak Schaffer sempat minta ijin untuk membeli iPhone dengan menggunakan uang tunjangan yang ia miliki. Schaffer pun bertanya: “Apakah kamu juga sanggup membeli pulsa bulanan dengan uangmu sendiri?” Ternyata hal tersebut terasa memberatkan sehingga anak mengurungkan niatnya membeli iPhone (setidaknya sampai ia cukup dewasa!).

2. Biarkan anak melakukan kesalahan ketika membeli barang
Mungkin Anda sadar bahwa anak akan menghabiskan uang untuk membeli mainan yang hanya ia mainkan satu dua kali saja. Anda tak perlu mencegahnya. Tetapi dari pengalaman tersebut ia akan belajar sesuatu dan tak akan mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

3. Ajak anak berbelanja bersama
Rasanya mungkin ribet harus mengajak anak pergi belanja bulanan, namun anak dapat melihat bagaimana Mama membuat pilihan dan mencari diskon. Hati-hati juga, Ma, untuk tidak cepat menyerah pada keinginan impulsif anak. Ia akan menyalahartikan bahwa uang miliknya bisa digunakan untuk membeli barang-barang tidak penting tanpa dipertimbangkan dulu sebelumnya.

4. Dorong anak untuk menetapkan target
Misalnya ia ingin membeli mainan robot yang sudah lama diincarnya. Jadikan itu sebagai target untuknya menyisihkan uang yang ia miliki. Memiliki target membantu anak menunda kepuasan, dan juga latihan yang bagus agar mereka menabung untuk yang lebih besar seperti uang pension atau liburan saat dewasa nanti.

5. Cari alternatif pengganti celengan
Salah satunya dengan botol plastik bekas yang disulap untuk menjadi celengan. anak bisa melihat dengan jelas pertumbuhan uangnya sehingga ia makin bersemangat menabung.

6. Hindari iklan televisi
Iklan tv terutama yang diputar selama acara anak-anak biasanya muncul bertubi-tubi dan sangat mengganggu. Lieber dalam bukunya menjelaskan dampak negatif dari iklan TV, salah satunya mengganggu nilai-nilai yang sudah Anda ajarkan selama ini kepada anak.

7. Gunakan kalimat: “Mengapa kamu bertanya?”
Setiap kali anak melemparkan pertanyaan menantang seputar keuangan, kalimat tersebut membuat Mama mudah mencari tahu dulu apa sebenarnya yang ada di pikiran anak atau pernah didengarnya. Selain itu, Anda juga jadi punya waktu untuk memikirkan jawabannya.


Source : Parenting.co.id

Komentar

Postingan Populer