Creative Parenting : Menghadapi Anak yang Suka Melawan

Tingkah anak yang membantah atau melawan tentu kerap membuat orangtua naik darah. Misalnya, menolak tidur, tidak mau makan, menunda-nunda saat diminta mandi, merengek karena permintaannya membeli sesuatu di mall tidak dikabulkan, atau tak mau dilarang ketika berbuat nakal.

Ada masa ketika anak-anak menjadi suka melawan dan keras kepala. Ini adalah fase yang sangat alami pada masa pertumbuhan kejiwaan anak, karena ini adalah fase dimana anak-anak mulai menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dari orang-orang dewasa terutama orangtuanya.

Berikut ini berbagai cara untuk menghadapi anak yang suka melawan :

Lihat diri kita
Kadang kita tidak menyadari bila buah hati kita memiliki hati yang keras, salah satu sebabnya adalah diri kita sendiri. Bila kita memiliki hati yang keras, sukar dinasehati, tentu saja secara tidak langsung itu juga akan menular pada diri buah hati kita. Bila setiap hari buah hati kita melihat hal ini, tentu lama kelamaan buah hati kita akan menirunya. Bila kita saat ini terlalu sombong, marilah kita merendahkan hati kita. Bila kita kurang mau mendengarkan orang lain, maka marilah kita mulai saat ini belajar mendengarkan. Supaya kita pun juga akan semakin mengerti segala kebutuhan buah hati kita, dengan mau dan menyediakan waktu untuk buah hati kita.

Bersikap Tenang dan tidak menggunakan kekerasan
Tetaplah bersikap tenang, jangan sampai terpancing emosi. Usahakan agar orang di sekitar juga bersikap demikian, misalnya suami atau orangtua, jangan pernah menggunakan kekerasan. Setelah emosi anak menurun, dekati perlahan. Peluklah erat dengan penuh kasih sayang agar anak merasa nyaman dan aman. Ketika sudah tenang, tanyakan dengan lembut mengapa dia melawan dan diberi pengertian dan jelaskan resiko yang akan dia terima kalau membantah.

Beri kesempatan
Sebagai orang tua berusahalah melihat segi positifnya saat anak mulai membantah. Dengan demikian bisa membuat kita menjadi lebih sabar saat menghadapinya. Anak membantah adalah suatu proses perkembangan tingkah laku. Dengan membantah, artinya mereka sedang belajar berani membuat keputusan sendiri. Orang tua sebaiknya jangan selalu memaksakan kehendaknya. Beri kesempatan pada anak untuk membela diri tentang apa yang menurut mereka benar. Setelah itu pelan-pelan dan dengan penuh kesabaran kita jelaskan bila pendapat mereka tidak benar, tentunya dengan penjelasan yang masuk akal.

Tidak Mempermalukan Anak di Depan Umum
Saat menasehati anak, akan lebih baik bila kita menasehatinya di tempat yang rahasia dan dengan suara lembut. Jangan memberikan larangan, melainkan himbauan. Jangan berkata,”Kamu tidak boleh menggambar di tembok”, tetapi katakanlah ”Kalau kamu suka menggambar besok mama belikan buku gambar yang besar.” Mengharapkan anak berubah dengan mempermalukan mereka di tempat umum bukanlah cara menasehati yang baik. Karena pada saat itu juga, kita sudah mengajarkan kepada anak kalau mempermalukan orang lain di tempat umum adalah sesuatu yang wajar dan halal.

Tidak Memaksa
Kita harus belajar mengatakan sesuatu kepada buah hati kita dengan lembut tanpa ada unsur pemaksaan. Kita harus belajar mengajak daripada menyuruh. Kenapa? Karena menyuruh berarti meminta seseorang melakukan sesuatu dan itu harus dilakukan sedangkan kita sendiri tidak mau melakukan hal yang sama. Sedangkan mengajak, adalah meminta seseorang melakukan sesuatu dan mau menjadi satu dengan orang yang kita minta dengan prinsip kebersamaan.

Saat Yang Tepat Saat menasehati
Waktu yang tepat adalah sesuatu yang penting dan perlu kita perhatikan pada saat kita hendak menasehati buah hati kita. Pilihlah saat yang tepat dimana kita bisa mentransfer “ilmu moral” kita kepada buah hati kita, tanpa dia merasa terpaksa. Contohnya adalah dengan mengajak sang buah hati untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan merasa lapar, anda bisa mengajak makan bersama. Dan pada saat itulah anda bisa mengobrol dan mengatakan harapan-harapan anda pada sang buah hati. Misalnya dengan mengatakan,”Mama suka kalau kamu berdandan rapi. Kamu kelihatan cantik sekali.” Atau dengan memujinya,”Wah… Anak mama sudah besar dan tambah dewasa, sudah bisa makan sendiri.” Dengan pancingan-pancingan seperti itu, biasanya anak akan menjadi lebih tertarik untuk mau mendengarkan nasihat anda, sehingga untuk kedepannya mereka pun bisa berubah sedikit demi sedikit.

Conclusion:
  •  Bersikap seimbang dalam mendidik anak. Tidak terlalu memanjakan, tapi juga tidak terlalu keras.
  • Memberikan hadiah untuk sikapnya yang baik dan memberikan hukuman jika ia melakukan pelanggaran.
  • Senantiasa berusaha untuk membuat hati anak senang dan gembira, tapi tidak berlebihan.
  •  Tidak bersikap plin plan, dalam artian tidak menyuruh anak atau membiarkan anak melakukan sesuatu, tapi kemudian melarang anak melakukan hal tersebut di lain waktu.
           Source : Berbagai Sumber

Komentar

Postingan Populer