Creative Entrepreneur : Mengenal Strategi Kaizen dan Kaitannya Dengan Bidang Bisnis Wirausaha
Pewirausaha skala mikro dan kecil sering mengalami
kendala dalam me-manage usahanya, sering mengalami kendala dalam memanage
budaya kerja karyawannya, dan seringkali mengalami kendala dalam menjaga
kontinuitas produksi berdasarkan pesanan pelanggan.
Dalam mata rantai pelayanan yang membutuhkan kecepatan dan akurasi pekerjaan seringkali pewirausaha mikro dan kecil kedodoran karena ketiadaan manajemen yang memadai.
Berbeda dengan bisnis skala besar, khususnya yang berskala nasional dan internasional yang sudah mengenal dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara teratur dan memadai. Prinsip mengelola usaha dengan Kaizen dengan menerapkan 5 S, sudah menjadi pakem yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan sinergitas usaha. Sebuah usaha yang tidak teratur dan cenderung semrawut suatu saat akan menjadi dan terbentur masalah. Berikut adalah Kaizen dengan Program 5 S sebagai pemecah masalah (problem solver) tersebut.
Dalam mata rantai pelayanan yang membutuhkan kecepatan dan akurasi pekerjaan seringkali pewirausaha mikro dan kecil kedodoran karena ketiadaan manajemen yang memadai.
Berbeda dengan bisnis skala besar, khususnya yang berskala nasional dan internasional yang sudah mengenal dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara teratur dan memadai. Prinsip mengelola usaha dengan Kaizen dengan menerapkan 5 S, sudah menjadi pakem yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan sinergitas usaha. Sebuah usaha yang tidak teratur dan cenderung semrawut suatu saat akan menjadi dan terbentur masalah. Berikut adalah Kaizen dengan Program 5 S sebagai pemecah masalah (problem solver) tersebut.
Program 5 S terbukti menjadikan industry Jepang memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang memadai, mengurangi pemborosan, kesalahan yang tidak perlu, serta penggunaan waktu yang tidak cepat serta efektif membentuk perilaku manusia dengan sebuah kebiasaan yang baik, baik di tempat kerja maupun di rumah.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang
dan dijadikan sebagai agenda besar (revolusi) oleh Pemerintah Jepang dalam
mereformasi sikap mental masyarakatnya. Bahkan Kaizen dengan Program 5 S telah
dijadikan gerakan kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan
(seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan
penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan baik (shitsuke).
Di Indonesia Presiden Joko Widodo telah meluncurkan gerakan Revolusi Mental, namun implementasinya hingga saat ini belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Mengapa tidak menerapkan Kaizen dengan Program 5S sebagai gerakan budaya dan bisnis bagi masyarakat Indonesia?
Di Indonesia Presiden Joko Widodo telah meluncurkan gerakan Revolusi Mental, namun implementasinya hingga saat ini belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Mengapa tidak menerapkan Kaizen dengan Program 5S sebagai gerakan budaya dan bisnis bagi masyarakat Indonesia?
Berikut Strategi Kaizen dengan Program 5 S, dan penjelasannya.
1S – Seiri
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna. Barang yang berguna disimpan, sedangkan yang tidak berguna dibuang atau dihibahkan. Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna. Barang yang berguna disimpan, sedangkan yang tidak berguna dibuang atau dihibahkan. Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
2S – Seiton
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara mudah dicari dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara mudah dicari dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.
3S – Seiso
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
4S – Seiketsu
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi ?dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi ?dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.
5S – Shitsuke
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja : disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, senang melakukan perbaikan.
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja : disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, senang melakukan perbaikan.
Sumber : ayopreneur.com
Komentar
Posting Komentar