Creative Parenting : Cara Menghadapi Anak yang Super Aktif



Usia prasekolah, anak mulai belajar menguasai lingkungan dan melakukan eksplorasi. Pada usia tersebut, anak-anak cenderung aktif bergerak, belajar menguasai tubuh mereka, belajar untuk membuat atau melakukan sesuatu dan menyelesaikannya dengan cara mereka. Anak akan belajar untuk berinisiatif, melakukan sesuatu walau terkadang berbahaya atau berisiko. Dan, tentu hal tersebut bisa membuat Moms stres sekaligus khawatir.

Umumnya, pada tahap tersebut, perilaku negatif bisa muncul karena anak mengalami frustrasi. Anak-anak frustrasi karena tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh orang dewasa. Bentuk dari frustrasi tersebut bisa dengan memukul, menggigit, melempar sesuatu dan lain sebagainya.

Perlu diketahui, keaktifan tiap anak tentu berbeda. Ada anak yang pada usia 4-5 tahun cenderung lebih banyak diam. Namun, ada pula yang pada saat usia tersebut jauh lebih aktif. Dan, sebagai orangtua, sebaiknya Moms jangan pernah membedakan atau membanding perilaku/keaktifan si kecil dengan anak lain seusianya.

Ada baiknya Moms belajar untuk memahami dan menghargai potensi yang ada pada diri anak. Karena, pada akhirnya pengertian, kesabaran, dukungan, motivasi yang diberikan orangtua akan membantu anak berkembang pada tahap perkembangan selanjutnya. Seperti, belajar untuk menghargai orang lain, menghargai diri sendiri, serta mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuannya.

Pastikan Kondisi Anak
Anak yang aktif bergerak atau bahkan super aktif sekalipun, belum tentu hiperaktif. Untuk mengetahuinya perlu ditelaah lebih jauh apakah memang anak sedang bereksplorasi dan sedang dalam tahap membangun inisiatif atau memang ada gangguan. Bila memang menduga anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), maka orangtua perlu membawa anak ke psikolog anak atau dokter anak yang mengetahui mengenai penanganan ADHD. Karena, selain obat maka anak perlu diberi terapi perilaku. Untuk anak hiperaktif atau ADHD, perlu ada perhatian ekstra. Namun, sejalan dengan pertambahan usia dan bila diberi penanganan yang baik, anak akan cenderung membaik perilakunya. Tidak jarang anak dengan ADHD akan tetap berhasil atau sukses saat dewasa kelak. Intinya adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang dan memberikan dukungan kepada mereka.

Anak Aktif, Arahkan!
Memiliki anak yang aktif bukan berarti orangtua justru cenderung mendidiknya dengan membatasi geraknya atau memang sengaja mendidik anak dengan kecendrungan menginginkan anak berdiam diri. Itu justru cara mendidik yang kurang tepat! Anak aktif sebaiknya diarahkan bukan dengan dipaksa untuk berdiam diri. Untuk itu, pada masa dimana anak memang memiliki keaktifan dalam bergerak, orangtua sebaiknya harus mampu memberikan dukungan atau memberikan pendampingan kepada anak dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini bertujuan agar mereka lebih dapat menerima kemampuan yang mereka miliki tersebut. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak akan mengembangkan kemampuan yang lebih kompleks. Dan, bila tidak mendapatkan dukungan yang baik, mereka akan merasa tidak mampu dan frustrasi. Hal dapat berdampak pada demotivasi atau berpengaruh pada pembentukan harga diri mereka. Bila si kecil termasuk anak yang aktif, ada baiknya orangtua menyediakan waktu untuk bermain dan bereksplorasi bersama mereka. Mereka bisa diajarkan belajar membangun atau membentuk sesuatu, misalnya dengan permainan balok susun atau memindahkan sesuatu benda. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan bermain dan belajar di lapangan, seperti melakukan aktivitas menanam, memelihara hewan, eksplorasi di alam, ataupun berolahraga seperti bermain bola, sepeda dan lain sebagainya. Biarkan mereka menyalurkan energi ‘berlebih’ yang dimiliki pada kegiatan yang bersifat positif. Apapun hasil yang dicapai anak, sebaiknya orantua tetap memberi dukungan. Artinya, apabila anak tidak berhasil, maka tetap perlu dipuji, dimotivasi untuk mencoba lagi sampai berhasil dan pantang menyerah.

Tahan Emosi
Anak aktif terkadang menjengkelkan orangtua. Orangtua dibuat pusing karena merasa anaknya tidak bisa diam. Apalagi, jika orangtua sedang lelah setelah melakukan berbagai pekerjaan rumah maupun kantor. Banyak kasus, ketika anak tidak bisa diam dan sudah berkali-kali diminta diam, namun anak tetap saja bergerak. Kalau sudah begitu, orangtua akan emosional dan berujung pada amarah yang meledak terhadap anak. Sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi. Seaktif apapun anak, orangtua harus memiliki ekstra sabar dan tetap mau mendorong anak melakukan aktivitas yang positif untuk menyalurkan energi lebih yang mereka miliki. Orangtua boleh saja menegur anak, jika memang anak melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang berbahaya atau melanggar sesuatu. Menegurnya pun tetap dengan memberikan penjelasan, seusia mereka cenderung belum mampu melihat sesuatu dari perspektif orang lain, terutama orang yang lebih dewasa. Jelaskan dengan perkataan yang mudah dimengerti oleh anak, sertakan pula sebab akibat yang ditimbulkan dari perilaku yang telah mereka lakukan.

sumber : berbagai sumber

Komentar

Postingan Populer