Creative Parenting : Cara Bijak Menghukum Anak
Menghukum
anak ibarat pisau bermata dua. Jika tak diaplikasikan dengan bijak dan tepat,
alih-alih membuat anak lebih berkembang malah justru mengundang hal yang tak
diharapkan. Baiknya bagaimana ya ?
Pemberian
hukuman merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengajarkan tentang
konsekuensi terhadap perilaku yang tidak sesuai harapan lingkungan. Pemberian
hukuman dapat berupa pemberian tindakan atau konsekuensi tertentu seperti
meminta anak mengerjakan pekerjaan tambahan. Selain itu, pemberian hukuman juga
dapat berupa membatasi aktivitas yang menyenangkan bagi anak, contohnya mengurangi
jam menonton televisi. Berikut beberapa cara memberi hukuman yang tepat kepada anak
Time
out dan time in
Salah
satu hukuman yang kerap diberlakukan adalah time out. Tujuannya adalah untuk
menghentikan perilaku yang dianggap tidak tepat, yaitu dengan meminta anak
untuk duduk tenang (berhenti beraktivitas) dan memikirkan tindakannya. Teknik
ini cukup efektif bila anak menikmati aktivitas yang dihentikan serta mengerti
tentang arti tenang. Namun, terkadang teknik ini menjadi kurang efektif,
khususnya bila anak tidak paham kaitan antara diminta tenang dengan perilaku
yang dilakukannya.
Saat
ini, mulai dikenal istilah time in yaitu teknik untuk mendorong perilaku baik
(bukan sekadar menghentikan perilaku yang tidak diterima). Teknik ini dilakukan
dengan membangun interaksi positif dan mengajak bicara anak ketika ada perilaku
yang dirasa tidak sesuai. Berbeda dengan time out dimana anak diminta untuk
tenang dan memikirkan tindakannya, time in justru mengajak anak untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
Tetap
bijak agar efektif
Sebagai
bentuk pengajaran konsekuensi, hukuman tidak akan efektif bila diberikan secara
tunggal. Terkadang ada orangtua yang lupa bahwa hukuman tidak menyelesaikan
masalah. Orangtua perlu memikirkan secara bijak pemberian hukuman agar anak
memahami bahwa hukuman yang diterimanya bertujuan untuk membangun disiplin, dan
bukan sekedar penyaluran emosi negatif dari orangtua.
Ketika
anak memahami hukuman dan pujian serta hadiah merupakan konsekuensi dari
tindakannya, ia akan belajar untuk memilah perilaku di kemudian hari.
Sebaliknya, bila anak tidak memahami hal ini, bukan hanya anak tidak belajar
memilah perilaku, namun bisa saja ia juga merasa memiliki orangtua yang kurang
menyayanginya.
Berikut ini beberapa
pertimbangan sebelum menerapkan hukuman :
1.
Usia anak
Pemberian
hukuman dalam bentuk time out dan time in sudah mulai bisa digunakan anak usia
18 bulan. Anak sudah mulai mengembangkan kemampuan bahasa dan dapat diajak
bicara serta mulai mengembangkan konsentrasi yang dibutuhkan untuk tenang. Di
usia balita, anak sudah mulai mengembangkan minat dan menunjukkan kegiatan yang
disukainya sehingga hukuman berupa mengurangi waktu menonton TV amat
berpengaruh. Tapi ingat, perlu dipertimbangkan jangan sampai membuat anak
kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi minat. Anak yang mulai bersekolah
mulai berlatih mengembangkan perilaku sosial dengan teman sebaya dan belajar
berargumen. Maka ajak anak bicara dan beri kesempatan untuk ikut mengevaluasi
serta merundingkan konsekuensi tindakannya.
2.
Jenis perilaku yang dirasa perlu dihukum
Orangtua
perlu selalu mengingat bahwa pemberian hukuman bertujuan untuk mengajari anak
tentang konsekuensi. Menjadi suatu hal yang esensial bahwa anak dihukum karena
berperilaku melanggar prinsip yang sudah pernah diajarkan. Bila anak belum
pernah mendapatkan pengajaran akan prinsip itu, ia perlu diberitahu, bukan
dihukum.
3.
Jenis hukuman
Ada
baiknya bila orangtua memilih jenis hukuman yang sesuai dengan perilaku yang
menjadi penyebab hukuman. Bila anak tidak membereskan mainan, minta ia untuk
membereskan mainannya sebagai konsekuensi. Bila anak terlalu lama bermain dan
melupakan tugas rumahnya, minta ia menyelesaikan tanggung jawab dan bisa saja
hukuman yang diberikan berupa pemotongan waktu menonton TV sesuai waktu ekstra
yang diambilnya untuk bermain. Sesuaikan hukuman dengan perilaku, jangan gunaan
hukuman yang sama untuk semua jenis kesalahan.
Hal
lain yang perlu diingat dalam memilih jenis hukuman, pastikan bahwa hukuman
yang diterapkan tidak mempengaruhi pendidikan dan perkembangan anak. Sebagai
contoh, melarang anak untuk makan atau mengurung anak di kamar mandi adalah
bentuk hukuman yang harus dihindari karena tidak baik untuk perkembangan fisik
maupun psikologis anak.
4.
Waktu pemberian hukuman
Upayakan
memberikan hukuman segera setelah perilaku yang tidak diharapkan muncul. Hal
ini penting untuk menjaga fokus anak pada pemilahan perilaku yang dianggap
salah.
Bila
pemberian hukuman berupa time out, pastikan waktu cukup tepat, tidak terlalu
sebentar sehingga anak tidak paham bahwa ia sedang menjalani hukuman. Pastikan
juga waktu tidak terlalu panjang sehingga emosi anak justru menjadi negatif dan
ia kesulitan mengevaluasi tindakannya.
Orangtua
juga perlu mengingat pentingnya menjaga emosi pada saat memberikan hukuman.
Jangan sampai pemilihan hukuman terpengaruh oleh emosi orangtua sehingga
terlalu berat untuk anak dan disalahartikan sebagai bentuk kurangnya kasih
sayang.
5.
Apresiasi perilaku baik sebagai penyeimbang hukuman
Orangtua
perlu mengimbangi hukuman dengan pemberian apresiasi bila anak melakukan hal
yang terpuji. Misalnya dengan memeluk atau memberikan pujian atau hadiah (tidak
harus benda, bisa berupa aktivitas yang menyenangkan untuk anak). Sama seperti
hukuman, penggunaan makanan sebagai hadiah sangat tidak dianjurkan. Anak perlu
belajar makanan adalah hal yang dibutuhkan. Penyeimbang hukuman inilah yang
dapat membantu anak membedakan mana perilaku yang diterima oleh lingkungan
sekitarnya, dan mana yang tidak.
Apapun
bentuk hukuman yang dipilih pastikan anak paham letak kesalahannya. Tanpa
pemahaman kesalahannya, anak akan susah menangkap makna hukuman sebagai
konsekuensi perilakunya. Ada baiknya sebelum menceramahi anak, orangtua
bertanya terlebih dahulu apakah anak paham bagian perilakunya yang salah.
Orangtua dapat membantu membimbing anak dan menjelaskan dengan baik bahwa
konsekuensi yang diterimanya sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Orangtua
juga perlu menjelaskan hubungan antara perilaku salah dengan jenis hukuman,
serta menjelaskan perilaku yang diharapkan. Terakhir, beri kesempatan pada anak
untuk berargumen serta menjelaskan dan mengekspresikan emosi yang sedang
dihadapinya. Beri kesempatan pada anak untuk bertanya tentang hukuman yang
diterimanya dan ajak anak mengembangkan logika dengan diskusi tentang
sebab-akibat setelah pemberian hukuman.
Source:Anakku.net
Komentar
Posting Komentar