Creative Parenting : Cara Menyampaikan Kesalahan Anak
Kadangkala kita merasa jengkel atau marah saat melihat anak kita
melakukan kesalahan, seperti tidak sopan kepada guru, melawan orang tua
atau melakukan perilaku buruk lainnya.
Jangan marah! Tarik nafas anda dan tenangkan!
Pelajarilah kesalahan anak. Kesalahan ada tiga jenis :
1. Kesalahan dalam pemahaman. Anak memang tidak tahu bahwa apa yang dilakukan merupakan sebuah kesalahan.
2. Kesalahan dalam penerapan. Anak secara melakukan suatu kesalahan dan menyadari bahwa itu sebuah kesalahan namun dilakukan tanpa maksud/sengaja berbuat.
3. Kesalahan yang disengaja. Anak memahami bahwa perbuatannya salah dan secara sadar melakukannya. Misalnya karena ingin minta perhatian, menunjukkan ke`aku`annya, menunjukkan ketidaksetujuannya, dsb.
Setelah Anda memahami jenis kesalahan si anak, dekatilah mereka dan mulailah untuk berbicara untuk menyampaikan bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Apapun alasannya.
Agar tidak membuat hubungan antara kita sebagai orang tua dengan anak memburuk, kita harus dapat membedakan antara `ekspresi perasaan` dengan `menuduh`.
`Saya kesal`, itu ekspresi perasaan.`Kamu jahat` itu menuduh.
`Saya kecewa telah gagal`, itu ekspresi perasaan. `Ini semua gara-gara kamu`, itu menuduh.
`Saya sedih karena perkataanmu`, itu ekspresi perasaan. `Kamu telah menyakiti saya` itu menuduh.
Lebih lengkapnya, gunakan tips-tips berkomunikasi dengan anak. Berikut langkahnya :
1. Tataplah pandangan matanya dan usahakan Anda merendah hingga bahu Anda sejajar.
2. Gunakan gelombang teta untuk memberikan sugesti pada hatinya
3. Gunakan teknik OTFD (observe, think, feel, desire).
Sampaikan apa yang Anda lihat, Anda dengar atau Anda ketahui tentang perbuatan anak (O) :
“Ayah lihat”, “Ibu dengar”, “Ayah tahu”,
kemudian katakan yang Anda pikirkan tentang perbuatannya (T):
”Ayah pikir bahwa perbuatan itu ...”.
Ungkapkan perasaan Anda (F) :
“Ibu merasa … “
dan terakhir beritahukan keinginan Anda (D) :
“Ayah ingin … “ Poin terakhir inilah (D) kesempatan bagi orang tua untuk memberikan koreksi dan alternatif-alternatif perbuatan lainnya di masa mendatang agar kesalahannya tidak terulang.
Banyak di antara guru atau orang tua hanya mencukupkan diri pada marah saat melihat anaknya berperilaku burulk. Padahal anak harus diberi pengertian dan penjelasan tentang perbuatan itu karena kadang anak merasa bingung ketika dimarahi tanpa mengerti apa kesalahannya (tidak setiap anak menyadari bahwa yang dilakukan adalah suatu kesalahan). Dan ingatkan bahwa setiap apa yang mereka lakukan ada konsekuensinya!
Jangan marah! Tarik nafas anda dan tenangkan!
Pelajarilah kesalahan anak. Kesalahan ada tiga jenis :
1. Kesalahan dalam pemahaman. Anak memang tidak tahu bahwa apa yang dilakukan merupakan sebuah kesalahan.
2. Kesalahan dalam penerapan. Anak secara melakukan suatu kesalahan dan menyadari bahwa itu sebuah kesalahan namun dilakukan tanpa maksud/sengaja berbuat.
3. Kesalahan yang disengaja. Anak memahami bahwa perbuatannya salah dan secara sadar melakukannya. Misalnya karena ingin minta perhatian, menunjukkan ke`aku`annya, menunjukkan ketidaksetujuannya, dsb.
Setelah Anda memahami jenis kesalahan si anak, dekatilah mereka dan mulailah untuk berbicara untuk menyampaikan bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Apapun alasannya.
Agar tidak membuat hubungan antara kita sebagai orang tua dengan anak memburuk, kita harus dapat membedakan antara `ekspresi perasaan` dengan `menuduh`.
`Saya kesal`, itu ekspresi perasaan.`Kamu jahat` itu menuduh.
`Saya kecewa telah gagal`, itu ekspresi perasaan. `Ini semua gara-gara kamu`, itu menuduh.
`Saya sedih karena perkataanmu`, itu ekspresi perasaan. `Kamu telah menyakiti saya` itu menuduh.
Lebih lengkapnya, gunakan tips-tips berkomunikasi dengan anak. Berikut langkahnya :
1. Tataplah pandangan matanya dan usahakan Anda merendah hingga bahu Anda sejajar.
2. Gunakan gelombang teta untuk memberikan sugesti pada hatinya
3. Gunakan teknik OTFD (observe, think, feel, desire).
Sampaikan apa yang Anda lihat, Anda dengar atau Anda ketahui tentang perbuatan anak (O) :
“Ayah lihat”, “Ibu dengar”, “Ayah tahu”,
kemudian katakan yang Anda pikirkan tentang perbuatannya (T):
”Ayah pikir bahwa perbuatan itu ...”.
Ungkapkan perasaan Anda (F) :
“Ibu merasa … “
dan terakhir beritahukan keinginan Anda (D) :
“Ayah ingin … “ Poin terakhir inilah (D) kesempatan bagi orang tua untuk memberikan koreksi dan alternatif-alternatif perbuatan lainnya di masa mendatang agar kesalahannya tidak terulang.
Banyak di antara guru atau orang tua hanya mencukupkan diri pada marah saat melihat anaknya berperilaku burulk. Padahal anak harus diberi pengertian dan penjelasan tentang perbuatan itu karena kadang anak merasa bingung ketika dimarahi tanpa mengerti apa kesalahannya (tidak setiap anak menyadari bahwa yang dilakukan adalah suatu kesalahan). Dan ingatkan bahwa setiap apa yang mereka lakukan ada konsekuensinya!
Komentar
Posting Komentar