Creative Parenting : Manfaat Orang Tua Aktif di Kegiatan Sekolah Anak
Walaupun keluarga sebagai pusat pendidikan
anak, orang tua selalu membutuhkan partner lain dalam mengembangkan berbagai
aspek pertumbuhan dan pendidikan anak. Seperti kata Hillary Rodham Clinton, mantan
Ibu Negara AS, perlu orang sekampung untuk membesarkan seorang anak. Saat anak
masih batita, seluruh anggota keluarga, termasuk pengasuh anak, adalah partner
mama dan papa. Maka, ketika anak memasuki dunia sekolah, saat itulah orang tua
mulai berbagi tanggung jawab pendidikan dan berpartner dengan kepala sekolah
dan guru. Bagaimana supaya kita bisa berpartner dengan baik dengan para
pendidik di sekolah?
Menurut Anna Surti Ariani (Nina), psikolog keluarga, ada dua hal yang bisa dilakukan orang tua, yakni yang bersifat praktis dan konseptual. Yang praktis, misalnya, berkenalan dan menjalin komunikasi yang baik dengan guru. Kalau tidak pernah ‘berkenalan’, bisa jadi obrolan Anda dengan guru anak hanya akan terjadi ketika anak mengalami masalah atau saat terima rapor. “Obrolan tidak akan mendalam, Anda menjadi kurang mengenal anak di setting sekolah, yang tentunya berbeda dibandingkan anak saat berada di rumah,” ungkap Nina. Komunikasi dengan guru memang menjadi kunci hubungan orang tua dengan sekolah. “Sering-seringlah berkomunikasi dengan guru, walaupun jangan sampai mengganggu juga, ya,” saran Nina. Misalnya, saat menjemput anak, Anda bisa menyapa dan menanyakan keluarganya, hingga berdiskusi mengenai hal-hal yang terkait dengan pelajaran yang sulit dipahami anak dan Anda butuh saran praktis mengatasinya.
Cara lainnya adalah mengaktifkan diri Anda di sekolah anak, bisa lewat komite sekolah/POMG, atau terlibat dalam berbagai aktivitas sekolah yang membutuhkan bantuan orang tua. Tetapi, jika Anda tidak tertarik berorganisasi atau memiliki cukup banyak waktu, bukan berarti Anda tidak bisa melakukan apa-apa. Ada banyak kegiatan lain yang perlu dukungan orang tua, kok. Kalau sekolah mengadakan bazar atau seminar, misalnya, datanglah. Jika Anda sibuk bekerja dari Senin hingga Jumat, maka saat sekolah mengadakan kegiatan di hari Sabtu, usahakan hadir.
Hal-hal yang bersifat konseptual adalah ikut memikirkan apa yang bisa dilakukan sekolah dan menyumbangkan ide-ide. Misalnya, Anda bisa mengusulkan sekolah menyelenggarakan kegiatan career day agar anak-anak mengenal berbagai macam profesi, seminar untuk para orang tua murid tentang bagaimana cara mengajarkan seksualitas pada anak, hingga memberikan masukan-masukan untuk membenahi kantin sekolah agar lebih sehat dan nyaman. Dengan melibatkan diri lebih banyak di sekolah, bonusnya, Anda akan lebih cepat menerima informasi-informasi penting, baik dari guru maupun orang tua yang lain. Dan, tahukah Anda, saat Anda aktif di sekolah, ada sesuatu yang dirasakan anak.
”Ada anak-anak yang bangga sekali kalau melihat mama dan papanya dimintai tolong sekolah. Saya ingat, suatu ketika saya dimintai tolong oleh sekolah untuk menjadi pembicara sebuah seminar untuk anak-anak. Saya melihat mata anak saya bersinar-sinar kagum menatap saya,” tutur Nina, tertawa. Keterlibatan positif orang tua di sekolah, lanjut Nina, akan membuat anak merasa nyaman secara emosional, yang tentu akan berdampak kepada perkembangan kemampuan-kemampuannya.
Menurut Anna Surti Ariani (Nina), psikolog keluarga, ada dua hal yang bisa dilakukan orang tua, yakni yang bersifat praktis dan konseptual. Yang praktis, misalnya, berkenalan dan menjalin komunikasi yang baik dengan guru. Kalau tidak pernah ‘berkenalan’, bisa jadi obrolan Anda dengan guru anak hanya akan terjadi ketika anak mengalami masalah atau saat terima rapor. “Obrolan tidak akan mendalam, Anda menjadi kurang mengenal anak di setting sekolah, yang tentunya berbeda dibandingkan anak saat berada di rumah,” ungkap Nina. Komunikasi dengan guru memang menjadi kunci hubungan orang tua dengan sekolah. “Sering-seringlah berkomunikasi dengan guru, walaupun jangan sampai mengganggu juga, ya,” saran Nina. Misalnya, saat menjemput anak, Anda bisa menyapa dan menanyakan keluarganya, hingga berdiskusi mengenai hal-hal yang terkait dengan pelajaran yang sulit dipahami anak dan Anda butuh saran praktis mengatasinya.
Cara lainnya adalah mengaktifkan diri Anda di sekolah anak, bisa lewat komite sekolah/POMG, atau terlibat dalam berbagai aktivitas sekolah yang membutuhkan bantuan orang tua. Tetapi, jika Anda tidak tertarik berorganisasi atau memiliki cukup banyak waktu, bukan berarti Anda tidak bisa melakukan apa-apa. Ada banyak kegiatan lain yang perlu dukungan orang tua, kok. Kalau sekolah mengadakan bazar atau seminar, misalnya, datanglah. Jika Anda sibuk bekerja dari Senin hingga Jumat, maka saat sekolah mengadakan kegiatan di hari Sabtu, usahakan hadir.
Hal-hal yang bersifat konseptual adalah ikut memikirkan apa yang bisa dilakukan sekolah dan menyumbangkan ide-ide. Misalnya, Anda bisa mengusulkan sekolah menyelenggarakan kegiatan career day agar anak-anak mengenal berbagai macam profesi, seminar untuk para orang tua murid tentang bagaimana cara mengajarkan seksualitas pada anak, hingga memberikan masukan-masukan untuk membenahi kantin sekolah agar lebih sehat dan nyaman. Dengan melibatkan diri lebih banyak di sekolah, bonusnya, Anda akan lebih cepat menerima informasi-informasi penting, baik dari guru maupun orang tua yang lain. Dan, tahukah Anda, saat Anda aktif di sekolah, ada sesuatu yang dirasakan anak.
”Ada anak-anak yang bangga sekali kalau melihat mama dan papanya dimintai tolong sekolah. Saya ingat, suatu ketika saya dimintai tolong oleh sekolah untuk menjadi pembicara sebuah seminar untuk anak-anak. Saya melihat mata anak saya bersinar-sinar kagum menatap saya,” tutur Nina, tertawa. Keterlibatan positif orang tua di sekolah, lanjut Nina, akan membuat anak merasa nyaman secara emosional, yang tentu akan berdampak kepada perkembangan kemampuan-kemampuannya.
Sumber : parenting.co.id
Komentar
Posting Komentar