Creative Parenting : Melatih Kecerdasan Emosi Anak
Orang tua manakah yang tidak mau anaknya
tumbuh menjadi anak cerdas? Sebagai orang tua tentu menginginkan anaknya untuk
tumbuh menjadi insan yang cerdas. Kecerdasan anak tidak hanya terletak dari
kemampuan mereka dalam mengerjakan soal ujian atau untuk menjadi juara kelas.
Kecerdasan intelektual yang ditunjukkan anak melalui prestasi akademik
merupakan hal yang penting untuk diraih, tetapi kita sebagai orang tua harus
mengetahui bahwa terdapat kecerdasan lain yang menjadi dasar seseorang untuk
hidup di lingkungan sosial dengan baik, yaitu kecerdasan emosi.
Mengapa kecerdasan emosi menjadi dasar
seseorang dalam kehidupan? Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain,
kecerdasan emosi memegang peranan penting sebagai himpunan kecerdasan sosial
seseorang yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan
emosi diri serta orang lain. Setelah itu, hal tersebut digunakan oleh diri
untuk membentuk pikiran dan tindakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal yang penting untuk orang tua ketahui, yaitu peran pola asuh orang tua
terhadap kecerdasan emosi anak menjadi salah satu faktor penentu.
Terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi
kecerdasan emosi anak, yaitu faktor otak, pola asuh orang tua, dan lingkungan
sekolah. Faktor otak merupakan faktor dasar yang dianugerahkan Tuhan kepada
setiap manusia untuk mengembangkan kecerdasan, baik kecerdasan intelektual maupun
kecerdasan emosi. Peran pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosi anak
memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sekolah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran orang tua dalam memberikan pola asuh akan
sangat memengaruhi kecerdasan emosi anak.
Orang tua merupakan pihak yang paling
dekat dan paling berpengaruh dalam perkembangan anak. Anak melakukan sebagian
besar awal aktivitas dalam kehidupan dan menghabiskan waktu paling banyak
dengan orang tua di lingkungan keluarga.
Setiap orang tua tentu ingin memberikan
pola asuh orang tua yang terbaik dalam membentuk kecerdasan emosi buah hati.
Berikut adalah 5 prinsip dasar bagi Anda untuk melatih kecerdasan emosi anak
yang disampaikan oleh Gottman dan De Claire.
Menyadari Emosi Anak
Dalam berinteraksi dan memberikan pola asuh
kepada anak, hendaklah orang tua menyadari dan berusaha untuk memahami emosi
anak terlebih dahulu. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena emosi anak
akan sangat berpengaruh terhadap feed back mereka dalam menerima input yang
diberikan oleh orang tua. Menyadari emosi anak dapat dilakukan dengan memahami
emosi diri sendiri (orang tua) terlebih dahulu. Memahami emosi diri sendiri
sebelum menyadari emosi anak bukan berarti orang tua meluapkan emosinya kepada
anak, melainkan hal yang dimaksudkan adalah orang tua mengenali saat emosi itu
muncul, mengidentifikasi perasaan-perasaan yang menyertainya, dan peka terhadap
emosi orang lain (emosi anak). Dengan kata lain, dengan memahami emosi diri
sendiri, secara tidak langsung kita akan memahami emosi anak dan belajar untuk
menyelaraskannya dalam berinteraksi.
Mengakui Emosi Anak dan Memanfaatkannya
sebagai Peluang untuk Membangun Kedekatan dan Mengajarkan Kecerdasan Emosional
pada Anak.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa
kecerdasan emosi berhubungan dengan kemampuan mengendalikan emosi diri. Tentu
setiap anak akan mengalami masa-masa yang dirasa kurang baik, seperti nilai
ujian yang tidak memuaskan, masalah dengan teman, berbeda pendapat dengan orang
tua, dan lain sebagainya. Di masa-masa kritis inilah orang tua harus mampu
untuk berempati, membangun kedekatan
dengan anak, dan mengajarkan kecerdasan emosi kepadanya. Pada masa kritis
seperti ini, orang tua tidak boleh meluapkan emosi diri sendiri yang
kadang-kadang tidak disadari malah menambah beban bagi anak. Namun, hendaklah
orang tua dapat bersikap bijaksana dengan menasihati anak untuk bersikap bijak
dalam menghadapi masalah dan memupuk semangat untuk bangkit serta belajar dari
kesalahan untuk perbaikan ke depan.
Mendengarkan dengan Empati dan
Meneguhkan Perasaan Anak
Prinsip mendengarkan sesuatu dengan empati
bukanlah sekadar mendengarkan cerita ataupun keluhan anak dengan telinga saja.
Mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan anak menggunakan empati berarti
orang tua berusaha mendengar dan mencerna yang disampaikan menggunakan mata
dalam mengamati bahasa tubuh anak, berusaha memahaminya dengan menggunakan imajinasi
untuk dapat melihat dari sudut pandang anak sehingga tidak hanya mengedepankan
sudut pandang orang tua saja. Setelah itu, orang tua dapat merumuskan dan
menanggapi yang disampaikan anak menggunakan kata-kata yang menenangkan sebagai
pertolongan dan menggunakan hati dalam menyampaikannya. Dengan demikian, anak
dapat merasakan bahwa orang tua bisa mendengarkan dan memahami mereka dengan
sangat baik.
Menolong Anak Memberi Nama Emosi dengan
Kata-Kata
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya,
anak seringkali tidak dapat menamai perasaan yang sedang mereka alami. Sebagai
contoh, ketika anak akan menghadapi ujian penting, di dalam diri mereka muncul
perasaan tidak enak yang mereka sendiri tidak tahu bagaimana perasaan itu
muncul. Di sinilah peran orang tua dalam memberi nama untuk emosi dan perasaan
anak penting dilakukan. Pahami situasi dan kondisi yang sedang dihadapi anak
untuk dapat memahami yang sedang mereka rasakan, kemudian jelaskan kepada mereka
nama dan penyebab perasaan itu muncul. Selanjutnya, bimbing mereka untuk
mengatasi emosi tersebut. Kita dapat menjelaskan kepada anak alasan mereka
merasa cemas ketika anak akan menghadapi ujian. Pada situasi seperti ini, orang
tua bisa menjelaskan bahwa ujian merupakan momentum penting, terutama dalam
jenjang pendidikan sehingga perasaan cemas itu secara alami muncul pada diri
mereka. Bimbing mereka untuk mengatasinya untuk belajar keras, berdoa, berusaha
melakukan yang terbaik.
Menentukan Batas-Batas sambil Membantu
Anak Memecahkan Masalahnya
Setiap orang, baik itu anak maupun orang
tua, pasti menginginkan sesuatu. Orang tua, yang tentunya memiliki lebih banyak
pengalaman dalam hidup, sudah mengetahui cara mendapatkan sesuatu yang
diinginkan dengan baik. Akan tetapi, anak belum dapat mempertimbangkan langkah
yang harus diambil untuk mendapatkan yang mereka mau. Sebagai contoh, anak
kerapkali menginginkan mainan yang sama dengan temannya ketika mereka bermain
bersama di taman bermain, padahal masih banyak mainan yang bisa dipakai. Sebagai
anak, mereka seringkali langsung mengambil mainan itu dan menyebabkan
pertengkaran dengan teman yang lain. Pada saat inilah orang tua harus dapat
mengenalkan batas-batas emosi anak dan membantu mereka memecahkan masalah
dengan memberikan alternatif lain. Tawarkan anak untuk bermain dengan mainan
yang lain agar tetap dapat bermain bersama dengan teman-temannya. Jelaskan
bahwa berbagi itu menyenangkan. Dengan begitu, anak akan belajar tentang
batas-batas emosi dan cara memecahkan masalah dengan baik.
Anak dengan kecerdasan emosi yang baik
dapat mengontrol diri dalam lingkungan serta dapat membawa diri dalam
pergaulan. Orang tua tentu menghendaki anak untuk memiliki kecerdasan
intelektual dan emosi yang baik. Terapkanlah prinsip-prinsip di atas dalam
menerapkan pola asuh orang tua untuk melatih kecerdasan emosi anak dengan baik.
Komentar
Posting Komentar